Sabtu, 19 Juli 2014

Pendekatan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris

Pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam penerapan Kurikulum Mata Pelajaran
Bahasa Inggris tahun 2004, mecakup antara:
1. Pendektan Komunikatif
Ada  lima  prinsip  umum  pembelajaran  yang  disarankan  oleh  pendekatan  komunikatif,
sebagaimana  dikemukakan  dalam  Principles  of  Communicative  Methodology  (lihat
Morror, 1980).
Kelima prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.  Tahu apa yang dilakukan
Proses pembelajaran akan berlangsung efisien dan efektif jika guru dan siswa tahu
apa yang  mereka lakukan,  mengapa  mereka  melakukannya, dan untuk apa  mereka
melakukannya.  Untuk  mewujudkan  kondisi  ini,  baik  guru  maupun  siswa  harus
mengetahui  tujuan  pembelajaran.  Sebelum  siswa  melakukan  suatu  kegiatan komunikasi,  mereka  harus  mengetahui  apa  tujuan  kegiatan  itu.  Mereka  juga  harus
mengetahui bahan ajar, baik yang berupa unsur bahasa (kosakata, struktur, lafal, dan
ejaan)  maupun  keterampilan  bahasa.  Jika  guru  memulai  kegiatan  pembelajaran
dengan  keterampilan  menyimak,  misalnya  dia  harus  membantu  siswa  agar
mengetahui kosakata kunci atau ungkapan komunikatif yang terdapat dalam wacana
lisan.
b.  Keseluruhan itu lebih dari sekadar gabungan berbagai bagian terpisah
Penguasaan dan penggunaan keterampilan berbahasa dalam kegiatan berkomunikasi
menuntut  pemahaman  makna  bahasa  yang  diungkapkan  melalui  kosakata,  kalimat,
dan  ujaran  yang  terangkai,  baik  dalam  wacana  lisan  maupun  tertulis.  Karena  itu,
dalam  kegiatan  berkomunikasi,  penerimaan  pesan  atau  informasi  akan  sangat
bergantung pada pemahaman siswa terhadap rangkaian kosakata, struktur, dan uja ran
dalam  konteks  penggunaannya.  Dalam  kaitan  dengan  penggunaan  bahasa  Inggris
dalam  kegiatan  komunikasi, siswa sebagai pembelajar bahasa asing  harus dituntun
ke arah pemahaman unsur-unsur bahasa tesebut (kosakata, struktur, lafal, dan ejaan),
baik  secara  analitik,  induktif,  implisit  maupun  secara  sintetik,  deduktif,  eksplisit
sesuai  dengan  kebutuhan  dan  tingkat  pengetahuan  bahasa  Inggris  siswa.  Cara
pertama,  pemahaman  beranjak  dari  keseluruhan  pemahaman  pesan  atau  informasi,
kemudian  beranjak  kepada  pemaha man  unsur-unsur  bahasa  dalam  konteks
penggunaannya (whole-to-parts). Cara kedua bergerak  dari arah sebaliknya (partsto-whole). Guru secara bijaksana dapat memilih salah satu atau kedua cara ini sesuai
dengan fokus keterampilan yang hendak dikembangkan.
c.  Proses sama pentingnya dengan produk
Pengembangan  kemampuan  berkomunikasi  akan  berlangsung  dengan  baik  jika
pengajaran bahasa dapat meniru proses berkomunikasi yang sebenarnya. Untuk itu,
pengenalan dan praktik penggunaan unsur-unsur bahasa dari bahasa sasaran (bahasa
Inggris)  harus  terjadi  dalam  kerangka  kegiatan   berkomunikasi.  Komunikasi  akan
terjadi  jika  di  antara   orang  yang  berkomunikasi  terdapat  kesenjangan  informasi,
sikap,  dan  pendapat.  Di  samping  itu,  komunikasi  dapat  berlangsung  jika  adanya
kemungkinan  pilihan,  baik  menyangkut  apa  yang  akan  diungkapkan  maupun
bagaimana mengungkapkannya.
Bertumpu pada hal itu, siswa akan terdorong berkomunikasi dengan siswa lain jika
mereka saling membutuhkan informasi, ingin menanggapi pendapat atau sikap yang ada
di  antara  mereka.  Dalam  kaitan  ini,  dalam  proses  pembelajaran  bahasa  Inggris,  guru
harus menciptakan peluang interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.
Misalnya,  guru  dapat  memanfaatkan  teknik  pengajaran  yang  sederhana,  seperti
information gap. Yakni jika siswa A ingin  memperoleh informasi tentang X yang belum
dimilikinya  secara  menyeluruh,  siswa  A  harus  bertanya  kepada  siswa  B  yang
mempunyai penggalan informasi yang  dibutuhkan siswa A dan sebaliknya. Guru dapat
menciptakan kegiatan berkomunikasi semacam itu, baik secara lisan maupun tertulis.
Tentu  saja  komunikasi  ini  akan  terjadi  dengan  baik  jika  apa  yang  digambarkan
Harmer  (1991)  berikut  dapat  diciptakan  oleh  guru  dalam  merancang  kegiatan
berkomunikasi di kelas. Dari sisi penuntur/penulis:
1)   memiliki informasi yang hendak disampaikan;
2)   memiliki tujuan berkomunikasi;
3)   memiliki pengusaan unsur-unsur bahasa(lafal, ejaan, kosakata, struktur termasuk
struktur teks) untuk mengungkapkan makna, informasi atau pesan.
Sementara dari sisi penyimak/pembaca:
1)   mempunyai keinginan untuk menyimak/membaca informasi;
2)  tertarik untuk menyimak/membaca apa yang diinformasikan; 
3)   memiliki penguasaan atas unsur-unusr bahasa(lafal, ejaan, kosakata, struktur
termasuk struktur teks) yang digunakan untuk memahami makna, ininformasi,
atau pesan yang disampaikan penutur.
d.  Belajar sesuatu dengan melakukannya
Keterampilan  berbahasa  yakni,  listening,  speaking,  reading,  dan  writing  hanya
mungkin dikuasai dan dikembangkan oleh para siswa apabila mereka didorong untuk
terlibat  langsung  dalam  kegiatan  berbahasa.  Untuk  itu,  siswa  diberi  kesempatan
untuk  menggunakan  keterampilan  berbahasa  ini.  Guru  dapat  menciptakan
kesempatan ini melalui beberapa tahapan berikut.
1)  Libatkan siswa dengan cara mengaitkan informasi yang mereka ketahui dengan
informasi yang akan disampaikan.
2)  Latihlah siswa secara terbimbing mengenai unsur-unsur bahasa yang dibutuhkan
untuk memahami informasi yang disampaikan.
3)  Berikan  peluang  kepada  siswa  untuk  memilih  cara  dalam  mengungkapkan
informasi sebagai tanggapan terhadap informasi yang diterima.
4)  Berikan umpan-balik, misalnya berupa penjelasan jika siswa belum mengetahui
penggunaan unsur-unsur bahasa.
5)  Ciptakan  kesenjangan  informasi  yang  dapat  mendorong  siswa  untuk
berkomunikasi satu sama lainnya.
Dalam kerangka pemikiran Littlewood (1981:86), rangkaian aktivitas berkomunikasi
ini dipetakan sebagai berikut.
1.   Kegiatan prakomunikasi, didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran bahasa
yang  lebih  menitikberatkan  pada  penguasaan  unsur-unsur  bahasa,  kosakata,
struktur,  lafal,  ejaan,  dan  ungkapan  komunikatif.  Kegiatan  ini  bersifat
bimbingan  dan  berkaitan  dengan  konteks  penggunaan  tertentu,  misalnya
membicarakan ihwal lingkungan sekolah. Kegiatan ini meliputi, antara lain:
a.    mengidentifikasi  kosakata  dan  struktur  yang  terdapat  dalam  teks  atau
wacana;
b.  melatih penggunaan kosakata dan struktur (termasuk lafal) dalam konteks;
c.  mengaitkan  struktur  dengan  penggunaannya  sebagai  pengungkap  fungsi
atau makna yang sesuai dengan konteks penggunaannya;
d.  melatih  penggunaan  struktur  bahasa  sebagai  pengungkap  fungsi  bahasa
dalam situasi tertentu yang lebih konkret;
e.  melatih  penggunaan  struktur  bahasa  sebagai  pengungkap  makna  dalam
konteks situasi sosial tertentu, (misalnya di restoran).
2.  Kegiatan komunikasi  meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.   Kegiatan komunikasi fungsional, misalnya:
1)   Berbagi informasi dalam komunikasi terbatas, seperti mengidentifikasi
gambar  sesuai  dengan  topik,  mengidentifikasi  urutan  tempat,  dan
melengkapi informasi.
2)   Berbagi informasi dalam komunikasi yang relatif tidak dibatasi, seperti
mengikuti  perintah  dan  mengidentifikasi  perbedaan  peta  atau  gambar
yang berkaitan dengan tema atau topik tertentu.
3)   Berbagi  dan  mengolah  informasi  dalam  kegiatan  komunikasi,  seperti
merekonstruksi cerita berdasarkan rangkaian gambar dan memecahkan
masalah berdasarkan informasi yang dikumpulkan.
4)   Mengolah  informasi,  seperti  memecahkan  masalah  yang  dilakukan
dalam  kelompok  berdasarkan  informasi  yang  dimiliki  oleh  setiap
anggota kelompok.
b.   Kegiatan  interaksi  sosial,  yakni  bentuk  interaksi  yang  menekankan  pada
penggunaan  bahasa  dalam  konteks  komunikasi  yang  lazim  terjadi  dalam
situasi  berbahasa  sebenarnya  di  luar  kelas.  Kegiatan  komunikasi  yang
termasuk kategori ini, antara lain kegiatan bermain peran (role playing) dan
simulasi (simulation) yang memperagakan situasi berbahasa di luar kelas.
e.  Kesalahan tidak selalu merupakan keburukan
Dalam  proses  pembelajaran  bahasa  Inggris  sebagai  bahasa  asing,  hampir  dapat
dipastikan  siswa  akan  melakukan  kesalahan.  Kesalahan  ini  dalam  pendeka tan
komunikatif  harus  diperlakukan  dengan  arif.  Kesalahan  harus  dipandang  sebagai
bagian dari adanya kemajuan belajar (learning growth). Pada tahap awal, kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan berbahasa dapat ditolerir sepanjang tidak
mengganggu  kegiatan  komunikasi.  Jika  kesalahan  menghambat  kegiatan
komunikasi, koreksi terhadap kesalahan dapat diberikan secara tidak langsung oleh
guru. Misalnya, guru dapat mengulangi pernyataan yang salah dengan contoh yang
benar  sebagai  koreksi.  Dalam  kaitan  ini  guru  sekaligus  memberikan  model
penggunaan bahasa yang sesuai dengan penggunaannya.
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan ini menegaskan adanya keterkaitan  bahan ajar dan kegiatan pembelajaran di
kelas  dengan  situasi  nyata  dan  pengalaman  aktual  siswa  yang  berfokus  pada  proses
pembelajarn yang menuntun siswa  kearah berpikir kristis, kreatif, mampu memecahkan
masalah, dan mampu menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan keseharian.
Pendekatan ini menerapkan prinsip-prinsip berikut:
2.1 Inquiry : kegiatan pembelajaran dengan prinsip  ini tampak pada tahapan berikut:
2.1.1 Diawali dengan pengamatan dan bergerak ke pemahaman konsep atau
fenomena.
2.1.2 Proses bersiklus mulai dari pengamatan, bertanya, meneliti, menganalisis, dan
menjelaskan baik secara individual dan kelompok.
2.1.3 Mengembangkan dan menerapkan keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran.
2.2 Questioning : Ketermpilan bertanya:
2.2.1 Digunakan oleh guru untuk mengarahkan, menuntun dan menilai pikiran siswa
2.2.2 Digunakan siswa sepanjang kegiatan belajar berbasis inkuiri.
2.3 Constructivism. Prinsip ini mengindikasikan pembelajaran di kelas harus:
2.3.1 membangun pemahaman akan makna dari sudut pengalaman yang didasarkan
pada pengetahuan awal siswa.
2.3.2 pengembangan pemahaman mandalam melalui pengalaman belajar bermakna,
yakni dengan mengaitkan apa yang dipejari siswa dengan pengetahuan dan
pengalamannya.
2.4 Learning Community. Prinsip ini mengindikasikan kegiatan pembelajaran harus
diwarnai:
2.4.1 berbicara dan bertukar pikiran
2.4.2 bekerjasama antara guru siswa dan siswa dengan siswa untuk membangun
kegiatan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan bila hanya dilakukan
sendirian.
2.5 Penilaian otentik. Penilaian pembelajaran yang otentik mencakup hal beriku:
2.5.1 mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
2.5.2 menuntut penerapan pengetahuan
2.5.3 menilai hasil atau performansi siswa
2.5.4 tugas-tugas belajar yang dinilai harus relevan dan berkait dengan konteks
2.5.5 baik proses maupun produk keduanya dinilai
2.6 Reflection. Kegiatan ini memberikan peluang kepada siswa untuk melakukan refleksi,
penilaian atas apa yang dipelajarinya sehingga tahu persis kekuatan dan kelamahannya.
Melalui refleksi dapat teridentifikasi:
2.6.1 cara-cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari
2.6.2 mereviu dan merespon  peristiwa, kegiatan, dan pengalaman
2.6.3 merekam apa yang telah dipelajari, apa yang dirasakan, dan merekam pikiran
baru
2.6.4 bentuk penilainnya dapat berupa: jurnal, diskusi, karya siswa dll.
2.7 Modelling. Pemberian contoh atau model  dalam pembelajaran bahasa khususnya
keterampilan berkomunikasi sangat penting. Ini dapat dilakukan antara lain:
2.7.1 mengungkapkan tentang proses belajar yang sedang dialami (thinking aloud)
2.7.2 mendemonstrasikan apa yang ingin dipelajari siswa
2.7.3 melakukan apa yang akan dilakukan oleh siswa.
Prinsip-prinsip di atas mengimpikasikan kegiatan-kegiatan meliputi:
Belajar bahasa Inggris sambil melakukan sesuatu
Belajar bahasa Inggris melalui kolaborasi
Belajar bahasa Inggris adalah berkomunikasi
Inisiasi/modeling  dalam belajar bahasa Inggris harus mengedepan
Belajar bahasa adalah berpikir dan memecahkan masalah
Belajar bahasa Inggris adalah mengobservasi –  mengidentifikasi informasi
Berdiskusi dalam bahasa Inggris
Bermain peran dan bernyanyi
Belajar  bahasa  Inggris  mencakup  mendengar  (listening),  berbicara  (speaking),
membaca  (reading),  dan  menulis  (writing)  yang  harus  berkait  dengan
pengetahuan awal dan lingkungan siswa.

Read more: http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_INGGRIS/195802081986011-WACHYU_SUNDAYANA/ESP_Material_Development/Pedoman_Guru_ING_SMA_05_Bag_I.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar