Selasa, 22 Juli 2014

Implementasi Kurikulum yang berlaku dalam Buku English in Context: Developing Competencies in English Use

Berdasarkan  hakikat  dan  fungsi  bahasa  Inggris  sebagai  alat  koningmunikasi,  buku  ajar  ini
memiliki  visi  sebagai  berikut:  “  Melalui  Buku  English  in  Context:  Developing
Competencies  in  English  Use,  siswa  berlatih  menggunakan  bahasa  Inggris  secara
integratif,  kontekstual,  dan  kolaboratif  guna  mengembankan  kompentensi  komunikasi
dalam bahasa Inggris yang berterima.”
Sejalan dengan visi di atas, buku ini mempunyai misi:
1. Melatih siswa berbahasa Inggris dengan melakukannya
2. Melatih siswa berbahasa Inggris secara terpadu dan kontekstual
3. Melatih siswa berbahasa Inggris secara kolaboratif
4. Melatih siswa mengungkapkan pikiran, perasaan, gagasan dalam bahasa Inggris
yang berterima
5. Melatih siswa berbahasa Inggris guna mengembangkan keterampilan berfikirnya
6. Melatih siswa berbahasa Inggris guna mengembangkan pengetahuan, teknologi,
budaya dan sikap menghargai silang budaya yang muncul dari pemebalajarn bahasa
ini.
Sesuai  dengan pendekatan yang disarankan dalam Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Inggris  dan untuk
mencapai misi di atas, buku ini menggunakan strategi penyjian tiap unit  dapat dilihat pada Bagian III: Saran
Penyajian Untuk Tiap Unit.

Read more:  http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_INGGRIS/195802081986011-WACHYU_SUNDAYANA/ESP_Material_Development/Pedoman_Guru_ING_SMA_05_Bag_I.pdf

Sabtu, 19 Juli 2014

Pendekatan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris

Pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam penerapan Kurikulum Mata Pelajaran
Bahasa Inggris tahun 2004, mecakup antara:
1. Pendektan Komunikatif
Ada  lima  prinsip  umum  pembelajaran  yang  disarankan  oleh  pendekatan  komunikatif,
sebagaimana  dikemukakan  dalam  Principles  of  Communicative  Methodology  (lihat
Morror, 1980).
Kelima prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.  Tahu apa yang dilakukan
Proses pembelajaran akan berlangsung efisien dan efektif jika guru dan siswa tahu
apa yang  mereka lakukan,  mengapa  mereka  melakukannya, dan untuk apa  mereka
melakukannya.  Untuk  mewujudkan  kondisi  ini,  baik  guru  maupun  siswa  harus
mengetahui  tujuan  pembelajaran.  Sebelum  siswa  melakukan  suatu  kegiatan komunikasi,  mereka  harus  mengetahui  apa  tujuan  kegiatan  itu.  Mereka  juga  harus
mengetahui bahan ajar, baik yang berupa unsur bahasa (kosakata, struktur, lafal, dan
ejaan)  maupun  keterampilan  bahasa.  Jika  guru  memulai  kegiatan  pembelajaran
dengan  keterampilan  menyimak,  misalnya  dia  harus  membantu  siswa  agar
mengetahui kosakata kunci atau ungkapan komunikatif yang terdapat dalam wacana
lisan.
b.  Keseluruhan itu lebih dari sekadar gabungan berbagai bagian terpisah
Penguasaan dan penggunaan keterampilan berbahasa dalam kegiatan berkomunikasi
menuntut  pemahaman  makna  bahasa  yang  diungkapkan  melalui  kosakata,  kalimat,
dan  ujaran  yang  terangkai,  baik  dalam  wacana  lisan  maupun  tertulis.  Karena  itu,
dalam  kegiatan  berkomunikasi,  penerimaan  pesan  atau  informasi  akan  sangat
bergantung pada pemahaman siswa terhadap rangkaian kosakata, struktur, dan uja ran
dalam  konteks  penggunaannya.  Dalam  kaitan  dengan  penggunaan  bahasa  Inggris
dalam  kegiatan  komunikasi, siswa sebagai pembelajar bahasa asing  harus dituntun
ke arah pemahaman unsur-unsur bahasa tesebut (kosakata, struktur, lafal, dan ejaan),
baik  secara  analitik,  induktif,  implisit  maupun  secara  sintetik,  deduktif,  eksplisit
sesuai  dengan  kebutuhan  dan  tingkat  pengetahuan  bahasa  Inggris  siswa.  Cara
pertama,  pemahaman  beranjak  dari  keseluruhan  pemahaman  pesan  atau  informasi,
kemudian  beranjak  kepada  pemaha man  unsur-unsur  bahasa  dalam  konteks
penggunaannya (whole-to-parts). Cara kedua bergerak  dari arah sebaliknya (partsto-whole). Guru secara bijaksana dapat memilih salah satu atau kedua cara ini sesuai
dengan fokus keterampilan yang hendak dikembangkan.
c.  Proses sama pentingnya dengan produk
Pengembangan  kemampuan  berkomunikasi  akan  berlangsung  dengan  baik  jika
pengajaran bahasa dapat meniru proses berkomunikasi yang sebenarnya. Untuk itu,
pengenalan dan praktik penggunaan unsur-unsur bahasa dari bahasa sasaran (bahasa
Inggris)  harus  terjadi  dalam  kerangka  kegiatan   berkomunikasi.  Komunikasi  akan
terjadi  jika  di  antara   orang  yang  berkomunikasi  terdapat  kesenjangan  informasi,
sikap,  dan  pendapat.  Di  samping  itu,  komunikasi  dapat  berlangsung  jika  adanya
kemungkinan  pilihan,  baik  menyangkut  apa  yang  akan  diungkapkan  maupun
bagaimana mengungkapkannya.
Bertumpu pada hal itu, siswa akan terdorong berkomunikasi dengan siswa lain jika
mereka saling membutuhkan informasi, ingin menanggapi pendapat atau sikap yang ada
di  antara  mereka.  Dalam  kaitan  ini,  dalam  proses  pembelajaran  bahasa  Inggris,  guru
harus menciptakan peluang interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.
Misalnya,  guru  dapat  memanfaatkan  teknik  pengajaran  yang  sederhana,  seperti
information gap. Yakni jika siswa A ingin  memperoleh informasi tentang X yang belum
dimilikinya  secara  menyeluruh,  siswa  A  harus  bertanya  kepada  siswa  B  yang
mempunyai penggalan informasi yang  dibutuhkan siswa A dan sebaliknya. Guru dapat
menciptakan kegiatan berkomunikasi semacam itu, baik secara lisan maupun tertulis.
Tentu  saja  komunikasi  ini  akan  terjadi  dengan  baik  jika  apa  yang  digambarkan
Harmer  (1991)  berikut  dapat  diciptakan  oleh  guru  dalam  merancang  kegiatan
berkomunikasi di kelas. Dari sisi penuntur/penulis:
1)   memiliki informasi yang hendak disampaikan;
2)   memiliki tujuan berkomunikasi;
3)   memiliki pengusaan unsur-unsur bahasa(lafal, ejaan, kosakata, struktur termasuk
struktur teks) untuk mengungkapkan makna, informasi atau pesan.
Sementara dari sisi penyimak/pembaca:
1)   mempunyai keinginan untuk menyimak/membaca informasi;
2)  tertarik untuk menyimak/membaca apa yang diinformasikan; 
3)   memiliki penguasaan atas unsur-unusr bahasa(lafal, ejaan, kosakata, struktur
termasuk struktur teks) yang digunakan untuk memahami makna, ininformasi,
atau pesan yang disampaikan penutur.
d.  Belajar sesuatu dengan melakukannya
Keterampilan  berbahasa  yakni,  listening,  speaking,  reading,  dan  writing  hanya
mungkin dikuasai dan dikembangkan oleh para siswa apabila mereka didorong untuk
terlibat  langsung  dalam  kegiatan  berbahasa.  Untuk  itu,  siswa  diberi  kesempatan
untuk  menggunakan  keterampilan  berbahasa  ini.  Guru  dapat  menciptakan
kesempatan ini melalui beberapa tahapan berikut.
1)  Libatkan siswa dengan cara mengaitkan informasi yang mereka ketahui dengan
informasi yang akan disampaikan.
2)  Latihlah siswa secara terbimbing mengenai unsur-unsur bahasa yang dibutuhkan
untuk memahami informasi yang disampaikan.
3)  Berikan  peluang  kepada  siswa  untuk  memilih  cara  dalam  mengungkapkan
informasi sebagai tanggapan terhadap informasi yang diterima.
4)  Berikan umpan-balik, misalnya berupa penjelasan jika siswa belum mengetahui
penggunaan unsur-unsur bahasa.
5)  Ciptakan  kesenjangan  informasi  yang  dapat  mendorong  siswa  untuk
berkomunikasi satu sama lainnya.
Dalam kerangka pemikiran Littlewood (1981:86), rangkaian aktivitas berkomunikasi
ini dipetakan sebagai berikut.
1.   Kegiatan prakomunikasi, didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran bahasa
yang  lebih  menitikberatkan  pada  penguasaan  unsur-unsur  bahasa,  kosakata,
struktur,  lafal,  ejaan,  dan  ungkapan  komunikatif.  Kegiatan  ini  bersifat
bimbingan  dan  berkaitan  dengan  konteks  penggunaan  tertentu,  misalnya
membicarakan ihwal lingkungan sekolah. Kegiatan ini meliputi, antara lain:
a.    mengidentifikasi  kosakata  dan  struktur  yang  terdapat  dalam  teks  atau
wacana;
b.  melatih penggunaan kosakata dan struktur (termasuk lafal) dalam konteks;
c.  mengaitkan  struktur  dengan  penggunaannya  sebagai  pengungkap  fungsi
atau makna yang sesuai dengan konteks penggunaannya;
d.  melatih  penggunaan  struktur  bahasa  sebagai  pengungkap  fungsi  bahasa
dalam situasi tertentu yang lebih konkret;
e.  melatih  penggunaan  struktur  bahasa  sebagai  pengungkap  makna  dalam
konteks situasi sosial tertentu, (misalnya di restoran).
2.  Kegiatan komunikasi  meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.   Kegiatan komunikasi fungsional, misalnya:
1)   Berbagi informasi dalam komunikasi terbatas, seperti mengidentifikasi
gambar  sesuai  dengan  topik,  mengidentifikasi  urutan  tempat,  dan
melengkapi informasi.
2)   Berbagi informasi dalam komunikasi yang relatif tidak dibatasi, seperti
mengikuti  perintah  dan  mengidentifikasi  perbedaan  peta  atau  gambar
yang berkaitan dengan tema atau topik tertentu.
3)   Berbagi  dan  mengolah  informasi  dalam  kegiatan  komunikasi,  seperti
merekonstruksi cerita berdasarkan rangkaian gambar dan memecahkan
masalah berdasarkan informasi yang dikumpulkan.
4)   Mengolah  informasi,  seperti  memecahkan  masalah  yang  dilakukan
dalam  kelompok  berdasarkan  informasi  yang  dimiliki  oleh  setiap
anggota kelompok.
b.   Kegiatan  interaksi  sosial,  yakni  bentuk  interaksi  yang  menekankan  pada
penggunaan  bahasa  dalam  konteks  komunikasi  yang  lazim  terjadi  dalam
situasi  berbahasa  sebenarnya  di  luar  kelas.  Kegiatan  komunikasi  yang
termasuk kategori ini, antara lain kegiatan bermain peran (role playing) dan
simulasi (simulation) yang memperagakan situasi berbahasa di luar kelas.
e.  Kesalahan tidak selalu merupakan keburukan
Dalam  proses  pembelajaran  bahasa  Inggris  sebagai  bahasa  asing,  hampir  dapat
dipastikan  siswa  akan  melakukan  kesalahan.  Kesalahan  ini  dalam  pendeka tan
komunikatif  harus  diperlakukan  dengan  arif.  Kesalahan  harus  dipandang  sebagai
bagian dari adanya kemajuan belajar (learning growth). Pada tahap awal, kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan berbahasa dapat ditolerir sepanjang tidak
mengganggu  kegiatan  komunikasi.  Jika  kesalahan  menghambat  kegiatan
komunikasi, koreksi terhadap kesalahan dapat diberikan secara tidak langsung oleh
guru. Misalnya, guru dapat mengulangi pernyataan yang salah dengan contoh yang
benar  sebagai  koreksi.  Dalam  kaitan  ini  guru  sekaligus  memberikan  model
penggunaan bahasa yang sesuai dengan penggunaannya.
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan ini menegaskan adanya keterkaitan  bahan ajar dan kegiatan pembelajaran di
kelas  dengan  situasi  nyata  dan  pengalaman  aktual  siswa  yang  berfokus  pada  proses
pembelajarn yang menuntun siswa  kearah berpikir kristis, kreatif, mampu memecahkan
masalah, dan mampu menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan keseharian.
Pendekatan ini menerapkan prinsip-prinsip berikut:
2.1 Inquiry : kegiatan pembelajaran dengan prinsip  ini tampak pada tahapan berikut:
2.1.1 Diawali dengan pengamatan dan bergerak ke pemahaman konsep atau
fenomena.
2.1.2 Proses bersiklus mulai dari pengamatan, bertanya, meneliti, menganalisis, dan
menjelaskan baik secara individual dan kelompok.
2.1.3 Mengembangkan dan menerapkan keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran.
2.2 Questioning : Ketermpilan bertanya:
2.2.1 Digunakan oleh guru untuk mengarahkan, menuntun dan menilai pikiran siswa
2.2.2 Digunakan siswa sepanjang kegiatan belajar berbasis inkuiri.
2.3 Constructivism. Prinsip ini mengindikasikan pembelajaran di kelas harus:
2.3.1 membangun pemahaman akan makna dari sudut pengalaman yang didasarkan
pada pengetahuan awal siswa.
2.3.2 pengembangan pemahaman mandalam melalui pengalaman belajar bermakna,
yakni dengan mengaitkan apa yang dipejari siswa dengan pengetahuan dan
pengalamannya.
2.4 Learning Community. Prinsip ini mengindikasikan kegiatan pembelajaran harus
diwarnai:
2.4.1 berbicara dan bertukar pikiran
2.4.2 bekerjasama antara guru siswa dan siswa dengan siswa untuk membangun
kegiatan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan bila hanya dilakukan
sendirian.
2.5 Penilaian otentik. Penilaian pembelajaran yang otentik mencakup hal beriku:
2.5.1 mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
2.5.2 menuntut penerapan pengetahuan
2.5.3 menilai hasil atau performansi siswa
2.5.4 tugas-tugas belajar yang dinilai harus relevan dan berkait dengan konteks
2.5.5 baik proses maupun produk keduanya dinilai
2.6 Reflection. Kegiatan ini memberikan peluang kepada siswa untuk melakukan refleksi,
penilaian atas apa yang dipelajarinya sehingga tahu persis kekuatan dan kelamahannya.
Melalui refleksi dapat teridentifikasi:
2.6.1 cara-cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari
2.6.2 mereviu dan merespon  peristiwa, kegiatan, dan pengalaman
2.6.3 merekam apa yang telah dipelajari, apa yang dirasakan, dan merekam pikiran
baru
2.6.4 bentuk penilainnya dapat berupa: jurnal, diskusi, karya siswa dll.
2.7 Modelling. Pemberian contoh atau model  dalam pembelajaran bahasa khususnya
keterampilan berkomunikasi sangat penting. Ini dapat dilakukan antara lain:
2.7.1 mengungkapkan tentang proses belajar yang sedang dialami (thinking aloud)
2.7.2 mendemonstrasikan apa yang ingin dipelajari siswa
2.7.3 melakukan apa yang akan dilakukan oleh siswa.
Prinsip-prinsip di atas mengimpikasikan kegiatan-kegiatan meliputi:
Belajar bahasa Inggris sambil melakukan sesuatu
Belajar bahasa Inggris melalui kolaborasi
Belajar bahasa Inggris adalah berkomunikasi
Inisiasi/modeling  dalam belajar bahasa Inggris harus mengedepan
Belajar bahasa adalah berpikir dan memecahkan masalah
Belajar bahasa Inggris adalah mengobservasi –  mengidentifikasi informasi
Berdiskusi dalam bahasa Inggris
Bermain peran dan bernyanyi
Belajar  bahasa  Inggris  mencakup  mendengar  (listening),  berbicara  (speaking),
membaca  (reading),  dan  menulis  (writing)  yang  harus  berkait  dengan
pengetahuan awal dan lingkungan siswa.

Read more: http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_INGGRIS/195802081986011-WACHYU_SUNDAYANA/ESP_Material_Development/Pedoman_Guru_ING_SMA_05_Bag_I.pdf

Minggu, 13 Juli 2014

Cakupan Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA

Ruang  lingkup  mata  pelajaran  Bahasa  Inggris  yang  harus  dicakup  dalam  bahan  ajar
meliputi:
1.  Kompetensi  tindak  bahasa  yang  terwujud  dalam  penguasaan  empat  keterampilan
berbahasa,  yaitu  mendengarkan  (listening),  berbicara (speaking),  membaca(reading),
dan menulis (writing).
2.  Kompetensi linguistik (kebahasaan) yang diwujudkan dalam kemampuan menerapkan
dan memahami unsur-unsur tatabahasa, kosakata, lafal, dan ejaan dalam teks dengan
benar.
3.  Kompetensi  sosiokultural  yang  diwujudkan  dalam  kemampuan  menyatakan  pesan
dengan  benar  dan  berterima  menurut  konteks  sosial  budaya  yang  terkait  dengan
kegiatan komunikasi yang dilakukan, antara lain, kemampuan memilih ujaran formal
dan informal dalam kegiatan komunikasi dengan mepertimbangkan siapa yang terlibat
dalam  komunikasi, dimana komuniaksi  dilakukan, dan  dalam kaitan apa komunikasi
itu dilakukan.
4.  Kompetensi strategi  yakni merujuk kepada kemampuan dan keterampilan menerapkan
berbagai strategi agar komuniaksi tetap berjalan dengan efektif. Misalnya , kemampuan
menggunakan istilah yang mendekati, memfarafrase agar yang diutarakan lebih jelas,
dan  menggunakan  bahasa  tubuh  (body  language)  untuk  memperjelas  apa  yang
dikomunikasikan.
5.  Kompetensi wacana yang merujuk pada kemampuan menerapkan unsur-unsur bahasa,
seperti    kata  ganti,  kata  sambung,  mengorganisasikan  teks  sehingga  lebih  mudah
difahami,    dan  dapat  menerapkan  struktur  percakapan,  seperti  membuka  percakapn,
berganti topik dalam kegiatan percakapan.
Kelima  kompetensi  yang  menjadi  acuan  pengembangan  bahan  ajar  ini  ada  yang  dapat
disajikan  secara  eksplisit  dalam  pembelajaran  dan  ada  pula  yang  implisit  tersaji  dalam
kegiatan  penggunaan  empat  keterampilan  bahasa.  Sejalan  dengan  kurikulum  mata
pelajaran Bahasa Inggris yang berlaku, urutan penyajian kompet ensi komunikasi diawali
dengan  Kompetensi  Tindak  Bahasa.  Ini  menunjukkan  bahwa  fokus  dalam  kurikulum
tersebut  adalah  pada  kompetensi  ini  yang  diwujudkan  dalam  keempat  keterampilan
berbahasa yang disajikan secara lebih eksplisit  dalam pengertian unsur-unsur  bahasa yang
menyangkut  baik  komptensi  kebahasaan  maupun  kompetensi  pembentuk  wacana  harus
disajikan dengan jelas agar siswa menguasai unsur-unusr bahasa tersebut, seperti kosakata,
ejaan, pelafalan, struktur yang diperlukan mereka untuk memahami bahasa   yang mereka
pelajari.    Sedangkan    kompetensi  lainnya,  seperti  kompetensi  sosiokultural  disajikan
secara  implisit.  Kompetensi-kompetensi  tersebut  sifatnya  menopang  kompetensi  tindak
bahasa  yang  bermuara  kepada  kemampuan  memahami  wacana  lisan  dan  tulis  (melalui
kegiatan mendengarkan dan membaca)  dan memproduksi wacana  lisan dan tulis (melalui
berbicara dan menulis) yang disarankan dalam kurikulum.

Read more:
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_INGGRIS/195802081986011-WACHYU_SUNDAYANA/ESP_Material_Development/Pedoman_Guru_ING_SMA_05_Bag_I.pdf

Selasa, 08 Juli 2014

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA dan MA

Rumusan standar kompetensi ini dalam Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Inggris  untuk
SMA dan MA sebagai berikiut:
Berkomuniaksi  secara  lisan  dan  tulis  dengan  menggunakan  ragam  yang  sesuai  secara
lancar dan akurat yang diwujudkan dalam tiap keterampilan berbahasa berikut:
Mendengarkan:  Memahami berbagai makana (interpersonal, ideasional, tekstual) dalam
berbagai teks lisan interaksional dan monlog terutama yang berbentuk  deskriptif, naratif,
spoof/recount,  prosedur,  repor,  news  item,  anekdot,  eksposisi,  explanation,  discussion,
commentary, dan review..
Berbicara:  Mengungkapkan  berbagai  makna  (interpersonal,  ideasional,  tekstual)  dalam
berbagai  teks  lisan  interaksional  dan  monolog  t erutama  yang  berbentuk  deskriptif,
naratif,  spoof/recount,  prosedur,  report,  news  ite,m  anekdo,  eksposisi,  explanation,
discussion, commentary, dan review.
Membaca:  Memahami  berbagai  makana  (interpersonal,  ideasional,  tekstual)  dalam
berbagai teks tulis interaksional dan monlog terutama yang berbentuk  deskriptif, naratif,
spoof/recount,  prosedur,  report,  news  item,  anekdo,  eksposisi,  explanation,  discussion,
commentary, dan review.
Menulis:  Mengungkapkan  berbagai  makna  (interpersonal,  ideasional,  tekstual)  dalam
berbagai  teks  lisan  interaksional  dan  monolog  terutama  yang  berbentuk  deskriptif,
naratif,  spoof/recount,  prosedur,  report,  news  item,  anekdo,  eksposisi,  explanation,
discussion, commentary, dan review.

Read more: